Balada Kulineria Nesya : Kala Cimol itu Masih Hangat – Part 5 (end)

Yups sampai juga di bagian saya… huhuhu… ini adalah postingan untuk chain posting kelompok 3, dengan tema Kuliner Bogor. Kali ini saya kebagian untuk menyelesaikan rantai postingan ini… Jadi buat yg pengen tau cerita sebelumnya bisa diliat di blognya Nona PeGe (untuk bagian pertamanya), Kang Asep (untuk bagian kedua), Kang Chandra Iman (untuk bagian ketiga) dan Tuan Irvan (untuk bagian keempat).

source : triplenicafe.wordpress.com
Source : be-chef.blogspot.com

Langsung saja, inilah lanjutan ceritanya… 😀

***

“Hayah, gombal banget sih lo! Hahaha…” Ujar Nesya sambil menyeruput minumannya, sambil memalingkan muka merahnya dari pandangan Nico. Nico hanya tersenyum puas melihatnya.

“Dasar cewe, baru digodain gitu aja udah kelepek-kelepek!” Pikir Nico yang sedari awal sudah mengetahui tujuan Nesya mengajaknya jalan-jalan hari ini adalah untuk mengorek rahasia bumbu rahasia yg akan digunakan Nico di lomba masak nanti. Sedari awal Nico sudah tau bahwa Nesya juga ikut dalam lomba masak tersebut, karena ibu Nico telah menceritakannya. Mangkannya saat pagi Nesya tiba-tiba mengajak Nico jalan-jalan menjadi curiga, Apa lagi sedari tadi yang dibicarakan Nesya selalu tentang bahan makanan.

Tak disangka waktu telah menunjukan pukul 5 sore saat mereka berdua selesai makan. “Waduh, nggak kerasa udah sore aja nih…” ujar Nico seraya melihat jam tangannya.

“Iya ya, gue mesti pulang nih… tadi sebelum berangkat nyokap udah bilang, sebelum magrib harus udah pulang soalnya…” ujar Nesya dengan muka kecewa.

“Yaudah, aku anterin kamu pulang dulu deh”

“Nggak usah, gue kan bawa motor”

“Ya nggak apa-apa, aku anterin kamu pake motor kamu, terus dari rumah kamu aku pulang naik angkot aja… aku nggak mungkin biarin kamu pulang sendirian” ujar Nico yang sedang ber-gombal-ria kembali.

“Yaudah deh, terserah kamu aja” ujar Nesya dengan pipi bersemu merah menahan luapan kebahagiaan mendapat perhatian dari Nico. Nesya terlupa dengan misinya untuk mencari tau bumbu rahasia apa yag akan digunakan Nico pada lomba masak nanti.

***

Keesokan harinya, sepulang sekolah Nesya, Raina dan Aldo bertemu kembali di Kedai Mie Janda untuk membicarakan hasil investigasi mereka.

“Jadi gimana hasil investigasi jeng-jeng kemaren? Udah ketauan blom bumbu rahasia yg mereka bakal pake di lomba nanti?” cerocos Aldo setelah menikmati segelas es jajaka.

“Kemaren gue udah ngobrol-ngobrol sama Mailan… dan dia bilang, rahasia dia dalam membuat masakan adalah rasa sayang…”

“HE??!” ujar Nesya dan Aldo spontan, sambil mengerutkan dahi mereka.

“Iya, rasa  sayang si pembuat masakan terhadap masakannya dan orang yang akan menikmati masakannya tersebut… itu kunci dari masakan enak yang dibuat Mailan”

“Maksudnya, kita mesti jatuh cinta dulu sama para jurinya gituh?” ujar Nesya dengan muka polos.

“Ya enggak lah, neng!! Hadeeeh… Capek deh! Maksudnya si Mailan itu kalo kita masak kita mesti memperhatikan setiap bahan yg akan digunakan… semua harus bagus… soal rasa juga mesti optimal, buat setiap masakan yang dibuat itu jadi master piece kita. Untuk membuktikan rasa sayang kita terhadap masakan kita dan orang yang akan memakan masakan kita. Begitu kan jeng Raina?” Cerocos Aldo dengan gemas.

“Hehehe… Mungkin begitu kali ya do… Sebenernya sih gue juga rada kurang paham tuh tadinya… tapi setelah lo jelasin itu, baru kepikiran mungkin iya maksudnya kayak gitu…” ujar Raina sambil nyengir.

“Hmmh… Lelah deh gw punya temen kayak lo pada…” Ujar Aldo sambil pura-pura mengelap keringat di dahinya.

“Jadi kemaren itu Mailan mencontohkan rasa sayang itu kayak gini, di daerah Surken (Jalan Surya Kencana) tuh ada tukang surabi kuah, namanya Pak Tohir. Nah surabinya tuh enak banget! Dan katanya Mailan dari dia kecil rasa surabinya itu ya emang kayak gitu, seenak itu. Itu karena kualitas bahan dan takarannya dari jaman dulu nggak pernah dia rubah. Meski jaman krisis dan harga semua bahan-bahannya mahal, Pak Tohir tetap nggak pernah merubahnya, karena beliau merasa sayang dengan masakan jualannya itu dan orang-orang yang beli surabi buatan dia itu.” Jelas Raina panjang lebar.

“Ooohh… gitu maksudnya…” ujar Nesya sambil mengangguk-anggukan kepalanya.

“Ngerti juga lo akhirnya sya…”

“Hehehe… iya, ngerti gue sekarang. Hebat juga ya Pak Tohir tuh, bisa tetap mempertahankan originalitas masakannya sampai puluhan taun gitu.”

“Hayah, bahasa lo, Sya… lebay! Hahaha… tapi emang hebat sih Pak Tohir itu, surabinya juga enak banget. Kapan-kapan lo berdua mesti cobain deh!” Seru Raina berpromosi dengan semangat.

“Iya, ntar gue cobain dah… terus gimana Nes, lo udah tau blom rahasia maskaannya Nico?” Tanya Aldo.

“Belum… gue belum bisa korek keterangan dari Nico” Ujar Nesya dengan sedikit gelagapan.

“Eh, kenapa lo? Kok muka lo tiba-tiba tegang gitu? Tapi, kemaren lo jadi ketemuan sama Nico kan?” Tanya Aldo lagi.

“Umh… Jadi, tapi gue belum sempet nanya-nanya soal itu”

“Lah, terus kemaren lo ngomong apaan aja dong sama Nico?”

“Ya, gitu-gitu doing sih… nggak ngobrol macem-macem kok…”

“Ih, kenapa lo jadi grogi gitu sih, Sya? Jangan bilang lo naksir sama Nico?!” tebak Raina.

“Ih, enggak kok… nggak gitu…” Jawab Nesya dengan muka bersemu merah merona.

“Haduh haduh, fokus deh ya Jeng… Kita disini nih buat ngomongin rencana mau masak apa kita nati pas lomba… Ini kenapa tiba-tiba jadi ngomongin Nesya naksir Nico sih?? Lagian, bukannya waktu itu lo bilang Nico udah punya pacar, Sya?” Tanya Aldo.

Tiba-tiba mendung menggelaayut di wajah chubby Nesya, tapi ia berusaha untuk tetap fokus pada pembicaraan soal rencana masakan untuk lomba nanti.

“Jadi gimana nih? Kita mau masak apa nanti?” Tanya Aldo lagi.

“Umm, gimana kalo cimol isi tales?” usul Raina.

“Terdengar seperti nggak enak, na… Uniknya sih dapet, tapi cimol isi tales? Mau jadi kayak apa tuh jadinya?? Kenyal keras gitu ya kayaknya” Ujar Aldo.

“Ya kita coba bikin aja dulu kali, do… Kalo diomongin gini doang mah lama kepikirannya… Mendingan kita ngomonginnya sambil praktek, jadi kita melalui proses trial and error dulu gitu.” Usul Nesya.

“Yups! Bener banget lo, Sya… Yuk kita coba-coba masak-masak dulu. Eh, tapi mau di tempatnya siapa nih??”

“Jangan di rumah gue ya… dapur rumah gue kecil… ntar malah ribet karna senggol-senggolan lagih…” ujar Raina.

“Ya udin… di rumah eke aja deh ya bo… Dapur gue lumayan gede kok, alat-alat masak juga komplit lah… nyokap gue kan emang ngoleksi yang begituan” Usul Aldo, dan tanpa ragu di-iya-kan olah Raina dan Nesya.

***

Keesokan harinya lagi, mereka berkumpul lagi, kali ini di rumah Aldo. Sesuai janji kemarin, hari ini mereka akan melakukan uji coba untuk menemukan resep yg pas untuk masakan yg akan mereka masak pada lomba nanti. Dan ternyata hal ini bukan lah hal yg mudah. Berkali-kali masakan yang mereka buat gagal… Bukan hanya rasanya yang tidak enak, bahkan saking kerasnya cimol yang mereka buat tidak dapat dimakan. Ada kalanya mereka berpikir untuk menyerah saja, tapi satu sama lain terus menyemangati sehingga mereka terus berusaha untuk menemukan ramuan yang pas untuk cimol yang mereka buat. Sampai akhirnya, mereka pun berhasil membuatnya…

***

Dan hari yang ditunggu-tunggu pun dating juga… Tibalah pada hari pelaksanaan Lomba Masak tingkat SMA se-Kota Bogor. Semua peserta segera berisiap dibelakang meja yang akan menjadi tempat mereka memasak. Semua sibuk menyiapkan dan menyusun bahan-bahan masakan serta alat-alat masak yang mereka bawa, tidak terkecuali kelompok Nesya, Raina dan Aldo. Mereka terlihat kompak dengan celemek berwarna hijau tosca, seperti warna kaos seragam barunya Blogor.

Kelompok Nesya, Raina dan Aldo ini mendapat tempat yang tepat bersebelahan dengan kelompok Nico, Benny dan Joe. Beberapa kali Nesya dan Nico ke-gap saling pandang satu sama lain ketika mereka sedang merapikan bahan-bahan makanan. Ada sesuatu yang aneh yang dirasakan Nesya ketika melihat Nico. Jantungnya terasa berdegup kencang, dan tiba-tiba terasa sesak di dadanya teringat bahwa Nico telah memiliki seorang kekasih. Nico seperti biasa, tetap terlihat tampan dengan celemek biru mudanya dengan senyum khasnya yang menawan.

Semenjak kejadian di restoran nasi kebuli saat itu, Nesya dan Nico memang tidak pernah saling bertemu lagi, meski komunikasi mereka masih terjalin lewat telephone dan SMS. Nesya memang sengaja menjaga jarak dengan Nico, karena takut kalau pacar Nico tau dan cemburu melihat hubungan pertemanan mereka.

“Nes, nanti lo yang bikin kuahnya ya.” Perintah Raina, membangunkan Nesya dari lamunannya.

“Oh, iya…“ sahut Nesya sambil menganggukan kepalanya.

“Aldo, lo sama gue nanti yang bikin adonan cimolnya. Kita buat bentuknya kayak kemaren ya”

“Siap cyin…” sahut Aldo sambil mengerlingkan sebelah matanya.

“Pokoknya kita harus bikin sesuai dengan takaran yang udah kita sepakati kemarin… kita berusaha sebaik mungkin. Ga perlu mikirin menang ato kalah, pokoknya do our best! Fighting!” ujar Raina sambil mengankat kepalan kedua tangannya.

***

Tiba saat kompetisi dimulai. Setelah sambutan-sambutan dari Walikota Bogor, Ketua Tim Juri dan Ketua Panitia Lomba Masak untuk remaja Se-Kota Bogor, acara pun segera dimulai. Setiap peserta diberikan waktu 1 jam untuk memasak makanan yang akan diperlombakan. Yang dinilai dalam lomba ini, selain rasa masakan juga kebersihan dalam proses memasak, teknik memasak, kekompakan tim, dan penyajian masakannya. Semua peserta bekerja keras menampilan masakan yang terbaik.

Tim Nesya pertama-tama saling bahu membahu membuat adonan cimol, dengan mencampurkan talas yg telah direbus dan dihancurkan dan cacahan ikan tenggiri serta udang giling, lalu mencampurnya lagi dengan semua bahan-bahan untuk membuat cimol biasa. Setelah adonan cimol hampir selesai dibuat, kemudian Nesya mulai membuat kuah asinan yang akan dipasajikan bersama cimol nantinya. Semua terlihat serius mengerjakan bagian-bagiannya.

Sampai akhirnya MC mengatakan bahwa waktu yang dimiliki peserta untuk menyiapkan masakannya tinggal 5 menit lagi. Suasana di dalam ruangan lomba menjadi semakin riuh dengan suara-suara penonton untuk mendukung tim jagoannya. Tim Nesya telah selesai memasak, tinggal menyusun penyajian masakannya, agar terlihat mengundang selera makan para juri.

Tibalah saat penjurian. Semua peserta telah membereskan alat-alat masak yang telah mereka gunakan, dan menyajikan masakan mereka pada meja yang ada di tengah ruangan. Semua juri berkeliling di meja tersebut untuk mencoba semua masakan yang telah disajikan oleh semua peserta lomba. Semua peserta terlihat tegang menunggu hasil penjurian. Nesya, Raina dan Aldo saling berpegangan tangan dengan muka tegang. Sesekali Nesya masih melirik kearah Nico yang terlihat tegang juga tapi tetap masih tampan dan membuat degupan jantung Nesya semakin kencang saja.

Hingga tiba saatnya pembacaan pemenang, semua peserta berkumpul ditengah ruangan dibelakang meja tempat mereka menyajikan masakan mereka. Dan MC pun segera membacakan nama-nama pemenangnya. Berdasarkan kesepakatan Juri, ada 1 tambahan katagori pemenang yang menggantikan katagori Favorite, yaitu Masakan dengan Ide Terunik, dan katagori ini ternyata dimenangkan oleh Tim Nesya, Raina dan Aldo. Pada lomba masak kali ini Tim Nesya, Raina dan Aldo menyajikan Mie Yamien Seafood Special, Cimol Talas Ikan Tenggiri dengan Kuah Asinan serta Jus Buah Naga.

Juara Ketiga diraih oleh Tim Ria, Kurnia dan Ferry dari SMAN 4 Bogor dengan masakan Pecel Ayam, Cake wortel dan Lemon Tea yang bahan-bahannya diambil langsung dari kawasan Gunung Mas, Cisarua. Juara Kedua diraih oleh Tim Nico, Benny dan Joe dari SMAN 1 Bogor dengan masakan Soto Mie, Asinan dan Es Pala. Dan untuk Juara pertama diraih oleh Mailan, Joni dan Tobias dengan masakan Laksa Bogor, Surabi Kuah Duren dan Es Bir Kocok. Masing-masing pemengan mendapatkan hadiah berupa beasiswa sebesar Rp.20.000.000 untuk Juara Pertama, Rp.15.000.000 untuk Juara Kedua, Rp.10.000.000 untuk Juara Ketiga dan Rp.8.000.000 untuk Pemangan Kategori Masakan dengan Ide Terunik. Serta hadiah-hadiah bingkisan dari sponsor.

Usai acara pembacaan pemenang, Nesya tidak sengaja berpapasan dengan Nico di lorong dekat toilet.

“Hai, Selamat ya… cie… masakan terunik nih” Sapa Nico.

“Eh, iya makasih… kamu juga, Selamat ya… jadi Juara kedua. Berarti Masakan kamu rasanya lebih enak!” Ujar Nesya dengan muka ceria.

“Ah… biasa aja kok… kamu udah mau pulang?”

“Iya, anak-anak mau pada kumpul-kumpul di rumahnya Aldo katanya… Kamu sendiri, kok belum pulang? Kayaknya tadi aku liat Benny sama Joe udah pulang kan?

“Ah, iya… mereka mau ada urusan lagi katanya, aku sih langsung pulang aja kayaknya” jawab Nico dengan senyuman menawannya yang sukses mebuat hati Nesya kebat-kebit nggak karuan.

“Umm, kalo kamu nggak ada acara lain, mau ikut ngumpul d rumah Aldo?” Tawar Nesya.

“Ah, apa nggak jadi aneh nanti, aku kayak tamu nggak diundang lagi di rumah Aldo”

“Nggak diundang gimana? Kan kamu bareng sama Aku kesananya.” Ujar Nesya, lalu tiba-tiba berpikir “aduh, kenapa gue jadi kayak yang maksa gini sih?!” keluhnya dalam hati.

“Makasih, lain kali aja deh…” tolak Nico dengan halus.

“Oh, yaudah deh… umm, aku duluan ya, nggak enak yang lain mungkin udah nunggu.” Ujar Nesya sambil bergegas pergi.

****

Hoy hoy… begitulah ending dari cerita berjudul Nesya : Kala Cimol Itu Masih Hangat. Dan selesai lah tugas saya untuk membuat ending dari Chain Posting Blogor untuk kelompok 3 dengan tema Kuliner Bogor. Hahay… kabarnya sih, Chain Posting Blogor ini akan menjadi agenda rutin Blogor. Apakah saya akan ikut lagi dalam kegiatan Chain Posting berikutnya? Apa ya kira-kira tema dari Chian Posting Blogor berikutnya? Hihihi… silahkan tunggu informasi lebih lanjutnya di Official Website-nya Blogor!!

Have a Nice Blogging, Everyone… 😀

27 thoughts on “Balada Kulineria Nesya : Kala Cimol itu Masih Hangat – Part 5 (end)

  1. Inilah keunikan ChainPosting ala Blogor… Sang pembuat dan penyambung cerita masih tidak tau mau dibawa kemana jalan ceritanya sampai edisi lanjutannya terbit…

    *sebagai pembuat cerita nomer 2, sy sendiri gak pernah ngebayangin endingnya bakal sedahsyat ini.. Mengena banget sama judulnya, “Balada Kulineria Nesya”.. Inilah balada sesungguhnya.. 😀

    PeGe, Chandra, Irvan, Ismi.. Group kita Juara-1 paling cepet beres ya??

    Tim ini malah lebih cocok masuk di 2 kategori : Kuliner dan Cinta.. Hehe..

    1. Bener banget Kang! Ismi aja berasa dag-ding-dug-duerr melulu setiap nunggu postingan buat chain posting ini… dari mulai PeGe, Kang Asep, Kang Iman, sampe Irvan… 😀
      untungnya twist-twist yang dibikin Irvan ngasih ide lain ke Ismi, jadi deh endingnya seperti ini… hihihi…

      Iya, juara tercepat selesai 😀
      soal kategori cinta yg jadi tambahan, hihihi… yah itu lah hasil dari kebiasaan baca novel-novel jenis chick-lit dan nonton drama Korea… 😀

  2. Nah kalo sayah gara2 baca novel komedi romatisnya Adhitya Mulya sama A.R Arisandi nih… Hihihi, masing2 punya influence-nya ya ternyata 😀

  3. Ismi juaranya
    Grup ini paling cepat nyampe finish

    Selamat buat Nesya, Nico dan Aldo atas Juara Favoritnya
    Tunggu aja bulan depan Nesya dan Nico jadian deh di Mie Janda 😀

    *Gak nyangka Ismi bisa bikin tulisan sepanjaaaaaaang ini 😀

    By: Achoey

  4. adalah fakta bahwa chain posting merupakan permainan blog yang bisa mengubah keraguan seorang blogger dalam menulis menjadi sebuah karya yang enak dibaca.

    good job, Ismi!

  5. Mantabh geng kuliner kali ini.. aku juga udeh nyelesain tapi jadi rada gimana gitu malu aahh..

    nanti lain kali mau ikutan yang temanya apa gitu ya.. tapi mau jadi yang pertama aja ah

Leave a comment