Hehehe… gw balik lagi hari ini… kali ini bukan mau curhat… tapi mau meresensi *jyah, siape elo sok2an bikin resensi* sebuah novel yang baru aja gw beli dalam rangka buang uang di Matahari dan Gramedia beberapa hari yang lalu…
Pertama2 sebelum meresensi bukunya, gw mau cerita dulu nih… prosesi buang2 uang gw ini… *sok kaya banget soh, segala uang dibuang2* jadi gini loh, sepulang kerja, gw tuh niat mau beli baju di Matahari, karena paginya, gw baca di Koran bahwa matahari lagi diskon 50% + 20% sebagai… yah, karena emang kebetulan pengan beli baju baru buat acara piknik gw dengan beberapa temen kuliah gw… sesampainya di Mall, gw nggak langsung menuju Matahari… tapi kepeikiran pengan liat2 komik dulu di Gramedia…
Sampe di gramedia, yang pertama menarik perhatian gw adalah beberapa tumpukan novel yang diatasnya bertuliskan diskon 30%… hmm… terus gw ppikir, ah liat2 novel dulu deh… kali aja nemu ide seru buat bahan tulisan gw… dan yang pertama gw liat adalah novel “an affair to forget” ini… dari cover depan, buku ini terliaht cukup menarik dengan menampilkan gambar sebuah tangan yang sedang menyulutkan api pada sebentuk lilin yang terlihat seperti es… yang didalamnya ada sebentuk hati dengan tulisan judul novel ini di dalamnya… terus gw baca tag line-nya… “mencintai tak pernah cukup”, hmm… quite interesting, huh… maka gw pun bergerak untuk mebalik novel tersebut dan melihat harganya *sesuai dengan yang dipertanyakan kang baban dalam postingannya yg ini*lalu membaca sinopsisnya… disana digambarkan sekelumit tentang novel ini… yah, intinya disitu tertulis bahwa novel ini, bercerita tentang seorang wanita yang menghadapai perselingkuhan suaminya dengan sikap yang berbeda… nggak biasa… nggak kayak doktrin2 di sinetron Indonesia atau bahkan film holiwood sekali pun… hwiiii… cukup menarik bukan?? Tapi gw terus tersadar niat awal gw ke Gramedia ini adalah bukan buat beli novel, tapi buat liat2 komik *meskipun sedikit merasa tertarik kepengen beli juga setelah liat synopsis novel itu, apa lagi setelah liat tulisan diskon 30% diatasnya*…
Maka gw pun segera menuku rak komik buat sedikit liat2 komik2 disana… belum lagi melihat dengan seksama komik2 yang ada di sana… gw ternyata kepikiran terus sama novel yang gw liat tadi itu… lalu gw pun balik ke tumpukan nobel tersebut dan berkali2 baca synopsisnya untuk meyakinkan diri gw, bahwa novel ini beneran layak beli kok… sambil beberapa kali melihat beberapa novel lain yang ternyata malah semakin menjebak gw untuk menghabiskan beberapa lembar uang gw untuk membeli mereka… ah… emang nggak bisa nolak, kalo udah hati bicara mah… dan gw pun segera membayar novel2 yang gw beli itu dan segera menuju Matahari, sebelum gw lebih tertarik dengan buku2 disana… duh, bisa abis semua duit gw… bisa gagal rencana beli baju baru buat piknik nih…
Di matahari, gw sebenernya pertama tertarik sama sebuah atasan dengan model yang lucu dari kain batik… warna hijau dan orange… yup, 2 warna favorite gw… tapi sayangnya nggak ada yang ukuran gw… yang tersedia tinggal ukuran untuk yang memiliki banan agak berisi… buakan kerempeng kayak gw… hmph… nyebelin… maka gw pun segera berlalu dari atasan batik itu dan nyari baju lain yang ada ukuran gw-nya… yah, akhirnya gw menemukan juga sih beberapa baju yang gw suka… dan akhirnya gw beli… meskipun dalam hati masih kepikiran terus sama si atasan batik yang gw liat pertama itu…
Besoknya, karena ada acara piknik sama temen gw itu, jadi gw nggak sempet nengok buku2 yang gw beli sebelumnya itu… baru besoknya lagi (hari minggu) gw baru bisa nengokin buku2 yang baru gw beli itu dan gw pilih2 mana yang akan gw baca duluan… setelah memilah-milah, akhirnya gw putusin buat baca novel “an affair to forget” duluan… dan ternyata ini bukan keputusan yang salah… sama sekali bukan…
Ah, mari kita mulai meresensi novel dengan judul “an affair to forget” ini… Ok, mulai dari awal… buku ini punya alur yang cukup lamban… kalo nggak dibikin penasaran sama synopsisnya… mungkin gw udah akan meninggalkan buku ini… saking bosennya menerima foreplay yang terlalu lamban… yang dijadikan penutur oleh penulis novel ini adalah, seorang pria yang adalah sahabat dari si pemeran utama (Anna). Dari sini aja, gw udah cukup tertarik… karena persepsi gw, berarti dari novel ini, kita bisa liat pandangan seorang laki-laki dalam menanggapi sebuah perselingkuhan dari laki-laki lain… yah, biasanya kan kalo novel yang mengangkat isu tentang perselingkuhan gini, yang disajikan adalah sudut pandang perasaan si wanita… sebagai korbannnya… gimana, dari sini aja, udah cukup menarik kan??
Yap… nah, dari bab 8, kita baru disajikan dengan rencana2 Anna untuk mendapatkan suaminya kembali seutuhnya dari perselingkuhan ini… caranya berbeda dengan yang biasa dilakukan orang2… Anna menjadikan selingkuhan suaminya ini sebagai teman, bahkan sahabat… hmmm… hebat ya, bisa nahan emosinya… padahal kalo diliat dari sifat2 yang digambarkan di awal… Anna ini adalah tipe orang yang responsive aktif… yang menggebu2 dalam menghadapi hidupnya…
Beberapa kali, kita akan disajikan adengan yang agak vulgar (menerut gw), yang sepertinya ini jadi bumbu wajib buat penulis novel seperti ini yang berjenis kelamin laki-laki (kayak Andre Aksana, atau Remmy Silado)… tapi tenang aja… semua masih in context kok… jadi penambahan adengan2 vulgar tersebut nggak membuat novel ini menjadi seperti buku stensilan apa lagi bokep… justru malah memperkuat pernyataan2 cinta di novel ini… (meskipun gw sebenernya nggak setuju dengan pernyataan cinta model begini… but just be realistic… toh hal seperti ini emang beneran ada di sekitar kita…)
Setelah bab 8 dimana mulai diceritakan langkah2 Anna untuk merebut kembali suaminya secara utuh, alur cerita menjadi mulai emang dibaca dan tidak lagi membosankan… bahkan justru menghanyutkan… membuat penasaran tanpa menjadi terburu2 dalam penyampaiannya… Pas lah… beberapa kali kita dibuat bingung oleh Anna dengan sikapanya… dan bertanya2, selanjutnya apa yang akan Anna lakukan… sampai di puncak klimaks sampai akhirnya…
Yang juga menarik dari novel ini tentunya adalah sikap Anna… yang kadang terlihat protagonist walau tidak digambarkan terlalu mellow, apa lagi mehek-mehek… dia justru digambarkan sebagai wanita yang tegar dan mandiri, meskipun disisi lain… masih tetep digambarkan sangat butuh pria… tetep sesuai kodrat kan? Tapi meskipun diletakan sebagai tokoh protagonist (lebih2 dia adalah korban disini) dia juga beberapa kali terlihat memiliki sifat antagonis… dengan segala ego dan kekerasan hatinya… tapi masih manusiawi sih… justru jadi nggak manusiawi kan kalo dia jadi terlalu protagonist atau bahkan jadi terlihat seperti malaikat…
Ending yang disuguhkan juga ending yang tuntas… yang tidak menggantung sehingga membuat pembacanya masih penasaran, atau malah menebak2 sendiri…
Oh iya, ada lagi yang menarik… si penuturdalam novel ini digambarkan sepertinya adalah bener2 penulisnya (Armaya Jr). karena entah kenapa, setelah melihat biografi penulisnya di halaman belakang, gw seperti melihat gambaran dari si pria penutur novel ini yang adalah sahabat Anna… terlebih lagi di bab terakhir tertulis percakapan Anna dengan si penutur, yang berisi permintaan izin oleh si penutur ini, untuk me-novel-kan kisah hidup Anna ini…
Hwiii… panjang juga ya… mudah2an nggak sampe bikin bosen yang baca postingan ini ya… hehehe… sekian… *sebenernya keknya kepanjangan cerita prosesi pembelian novelnya nih, dari pada resensi novelnya sendiri*